BERPIKIR TINGKAT TINNGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN KIMIA
BERPIKIR TINGKAT TINNGI DALAM
PROSES PEMBELAJARAN KIMIA
Higher Orde Thinking
Skill (HOTS) atau dikenal sebagai kemampuan berfikir
tingkat tinggi merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa
diajarkan untuk berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir
kreatif. Kemampuan berfikir ini akan muncul ketika individu atau siswa
dihadapkan pada masalah yang belum mereka temui sebelumnya. HOTS ini sesuai
dengan Standar Isi Permen 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa mata
pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali
mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Keterampilan berpikir dapat
didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam
langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu
contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue)
dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat
suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan
berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses kognitif inferring
harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi
pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b) mengidentifikasi fakta
yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah
diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi hasil akhir.
Terdapat tiga istilah yang berkaitan
dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir kompleks (complex
thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).
Berpikir tingkat tinggi adalah
operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang
terjadi dalam short-term memory.
Berpikir kompleks, Berpikir kritis merupakan
salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Lawan
dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir divergen,
yang bersifat menyebar dari suatu titik. adalah proses kognitif yang melibatkan
banyak tahapan atau bagian-bagian. Kemampuan berpikir merupakan proses keterampilan yang
bisa dilatihkan, Artinya dengan menciptakan suasana pembelajaran yang
kondunsif akan merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir.
Oleh karena itu maka guru diharapkan untuk mencari metode dan strategi
pembelajaran yang dampaknya dapat menigkatkan kemampuan berpikir siswa.
Dalam berfikir tingkat tinggi,
diperlukan kemampuan bernalar. Dimana kemampuan bernalar dan berfikir kritis
ini saling berhubungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Krulik dan Rudnick
(1995: 2), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar (basic thinking), berpikir
kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking).
Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir
kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika dan akan dibahas dalam tulisan
ini.
Beberapa
konsep utama yang sesuai dengan pendekatan HOTS adalah mengikuti ketiga
anggapan tentang berpikir dan belajar. Yaitu:
a. Berpikir tidak
bisa tidak dihubungkan dari tingkat, mereka saling tergantung satu sama lain
b. Berfikir atau tidak
berpikir dapat belajar tanpa isi pokok, hanya poin teoritis. Dalam kehidupan
nyata, siswa akan mempelajari materi pelajaran berdasarkan pada pengalaman
sekolahnya. Misalnya untuk bisa menguasai konsep kalkulus 2, mereka harus
menguasai kalkulus 1 terlebih dulu. Pengalaman pada sekolah-sekolah terdahulu
akan membantu mereka mempelajari konsep yang lebih tinggi pada tahun
berikutnya.
c. HOTS meliputi
berbagai cara berpikir, memproses, serta menerapkan pada situasi gabungan dan
variabel kelipatan setelahnya.
Karakteristik
HOTS
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:
menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical
thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick,
1999).
Menghafal adalah tingkat berfikir paling rendah. Keterampilan ini hampir
otomatis atau refleksif sifatnya.
Tingkat berfikir selanjutnya disebut
sebagai keterampilan dasar. Keterampilan ini meliputi memahami
konsep-konsep seperti penjumlahan dan pengurangan, termasuk aplikasinya dalam
soal-soal
Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi
semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan,
mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk
kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan
dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam
sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata
lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.
Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, adalah
kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting
untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi
hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan
kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan (Dressel dan Mayhew) (Watson dan Glaser,
1980:1). Dari pendapat para ahli seperti telah diutarakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.
Bonnie dan Potts (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa kemampuan yang
terpisah yang berkaitan dengan kemampuan yang menyeluruh untuk berpikir kritis,
yaitu: menemukan analogi-analogi dan macam hubungan yang lain antara
potongan-potongan informasi, menentukan kerelevanan dan kevalidan informasi
yang dapat digunakan untuk pembentukan dan penyelesaian masalah, serta
menemukan dan mengevaluasi penyelesaian atau cara-cara lain dalam menyelesaikan
masalah. Meskipun semua pendapat di atas berbeda, namun pada hakekatnya
memiliki kesamaan pada aspek mengumpulkan, mengevaluasi, dan menggunakan
informasi secara efektif.
Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat keputusan dalam
kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Menurut
Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan
strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan,
pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Tapilouw (Romlah, 2002:9), bahwa “berpikir kritis merupakan
berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan
cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta
yang diketahui”.
Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan
reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang
kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide,
menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi
juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang
baru.
PERMASALAHAN :
Berpikir
tingkat tinggi adalah suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan
kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Sering dijumpai bahwa beberapa
kendala dalam proses pembelajaran yang melatih siswa untuk berpikir tingkat
tinggi. Salah satunya yaitu peran guru
yang terlalu dominan dalam proses pembelajaran. Bagaimana cara memfasilitasi siswa untuk
menjadi pemikir dan pemecah masalah yang lebih baik?
Bisa dengan caranya yaitu melatih siswa berfikir tingkat tinggi adalah dengan Higher Level Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan, hipotesis, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi, membandingkan, kontras atau membayangkan, menunjukkan jawaban tingkat tinggi. Untuk menjawab Higher Level Questions (rich questions) diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru.
BalasHapusapakah setiap siswa dapat dilatih cara berfikir tingkat tinggi dengan higher level question (rich questions) ?
Hapusberpikir tingkat tinggi dapat diajarkan di sekolah melalui proses pembelajaran. Lebih lanjut mereka mengemukakan penekanan dalam proses pembelajaran adalah melatih kompetensi berpikir siswa dan bukan pada materi pelajaran. Mengajarkan siswa untuk berpikir secara langsung membuat siswa menjadi cerdas. Dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi kegiatan pembelajaran bersifat student centered karena siswa yang lebih banyak berperan di dalam proses pembelajaran.
BalasHapusbagaimana cara melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran ?
Hapusdengan menerapkan pembelajaran yang bebasis masalah dan digunakan konsep masalah dalam suatu situasi tugas. Guru meminta siswa menghubungkan informasi-informasi yang diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan, sehingga tugas itu merupakan hal baru bagi siswa. Jika ia segera mengenal tindakan atau cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, maka tugas tersebut merupakan tugas rutin. Jika tidak, maka merupakan masalah baginya. Jadi konsep masalah tergantung pada waktu dan individu.
BalasHapusapakah pembelajaran lebih efektif jika menerapkan pembelajaran yang berbasis masalah ini dan digunakan konsep masalah dalam situasi tugas ?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusdengan menerapkan pembelajaran yang berbasis masalah, pembelajaran akan lebih efektif karena siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mencari infomasi, menemukan masalah, menemukan solusi pemechan masalah tersebut sehingga embelajran tidak sepenuhnya dikuasai oleh guru, dan siswa bisa lebih berpartiipasi dalam proses pembelajaran.
Hapus