Teknik-Teknik Membelajarkan Materi Kimia pada Fase Pendahuluan dan Fase Penutup

Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu caranya adalah dengan menguasai teknik-teknik penyajian yang biasanya disebut dengan metode mengajar.
Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada dasarnya tak berbeda dari aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari, seperti makan, minum dan melakukan berbagai jenis pekerjaan. Bagi sebagian orang, kegiatan-kegiatan keseharian tersebut dilakukan tanpa dipikirkan, semua berlangsung begitu saja, tanpa fase-fase tertentu.
Agar pembelajaran berlangsung efektif dan bermakna ada beberapa langkah dasar yang harus dilakukan. Langkah-langkah terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Ø  Fase Pendahuluan (Membuka Pelajaran)

Membuka pembelajaran (set induction) adalah aktivitas yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi siap mental, menumbuhkan perhatian serta meningkatkan motivasi siswa agar terpusat kepada kegiatan belajar yang akan dilakukan. Kegiatan membuka pembelajaran bukanlah kegiatan basa-basi tanpa arah yang jelas. Dengan membuka pembelajaran dimaksudkan untuk mengkondisikan siap mental bagi siswa untuk  mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu setiap guru dituntut melatih diri agar memiliki keterampilan membuka pembelajaran dengan baik dan tepat.
Pembukaan pembelajaran yang baik, tidak cukup hanya dengan mengecek kehadiran siswa, lalu menyampaikan informasi mata pelajaran yang akan dipelajari saja. Akan tetapi melalui pembukaan sudah masuk pada pra-kondisi pembelajaran, yaitu untuk memberikan gambaran umum tujuan yang harsu dicapai, materi yang akan dipelahari, maupun proses pembelajaran yang akan dilakukan. Dengan demikian sejak memulai pembelajaran (pembukaan), siswa sudah punya gambaran deskriptif mengenai proses dan hasil yang akan dicapai.

Komponen-Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran

1.      Menarik perhatian siswa

Perhatian dalam pembelajaran adalah kesanggupan untuk memusatkan seluruh aktivitas siswa agar tertuju kepada kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Upaya untuk mengkondisikan perhatian siswa agar tertuju kepada pembelajaran, antara lain dapat dilakukan dengan cara:

a.       Gaya mengajar guru, misalnya memvariasikan suara, posisi guru, gerak tubuh dan penampilan lain yang sesuai dengan tuntutan sebagai pendidik.
b.      Menggunakan multi metoda, media dan sumber pembelajaran,  yaitu penggunaan metoda, media dan sumber pembelajaran secara bervariasi yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi, karaktersitik siswa, kelengkapan saran dan fasilitas (visual, audio, atau gabungan audio-visual)
c.       Pola interaksi pembelajaran yang bervariasi
d.      Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi, komunikasi pembelajaran yang dikembangkan secara interaktif akan menarik perhatian siswa, sehingga tidak akan menimbulkan kejenuhan. Pariasi komunikasi pembelajaran, misalnya kapan saat yang tepat untuk klasikal, individu, kelompok.
e.       Tempat belajar, misalnya selain belajar di dalam kelas, maka untuk menarik perhatian siswa, guru dapat merancang kapan pembelajaran dilakukan di luar kelas, laboratorium, perpustakaan atau ditempat belajar lainnya yang memungkinkan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif  dan efisien.

2.      Menimbulkan motivasi siswa

Motivasi adalah suatu kekuatan (energi) yang mendorong seseorang untuk berkativitas. Motivasi sangat penting dimiliki, dipelihara serta ditingkatkan pada setiap siswa. Guru harus berusaha membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat berbuat, bekerja dan melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu, yaitu sebagai berikut:

a.       Dengan kehangatan dan keantusiasan.
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya untuk belajar.
b.      Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya. Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
c.       Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan masalah sebagai berikut: “Balok merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk bangun ruang. Mengapa?”
d.      Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa. Untuk memperhatikan minat siswa dalam pembelajaran matematika dapat diberikan contoh sebagai berikut. Meminta siswa membuat dugaan tentang ukuran suatu benda. Berapa kira-kira banyaknya air yang dapat dimasukkan dalam suatu drum sampai penuh. Atau contoh lain, berapa kilo berat uang logam sebanyak seratus rupiah. Contoh-contoh tersebut sangat menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran.

3.      Memberi acuan (structuring)

Acuan dalam pembelajaran adalah gambaran singkat atau deskripsi yang mengiformasikan ruang lingkup materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam membuka pembelajaran, memberikan acuan sangat penting, karena dengan acuan yang disampaikan guru, siswa sejak awal telah memiliki gambaran singkat mengenai apa yang akan dipelajari, aktivitas apa yang harus dilakukan untuk mempelajarinya.

4.      Membuat kaitan

Kompetensi adalah kemampuan dalam pengetahuan, sikap/nilai, keterampilan dan kebiasaan yang direfleksikan dalam kegiatan berpikir dan bertindak. Oleh karena membuat kaitan pada saat memulai pembelajaran tidak hanya mengaitkan antara tujuan atau materi yang akan dipelajarinya dengan materi-materi sebelumnya yang telah dikuasai siswa. Akan tetapi keterkaitan dengan tugas-tugas atau permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi yang akan dipelajari siswa memiliki nilai fungsional, yaitu bermanfaat dan terkait dengan kehidupan yang dihadapi.
Jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk membuat kaitan:
a.       Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan pembagian dua pecahan, guru mengulang kembali bagaimana mengalikan bilangan pecahan.
b.      Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan dan perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c.       Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dua guru terlebih dahulu menjelaskan jumlah kaki unggas, seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.

Ø  Kegiatan Inti

Ini merupakan kegiatan pokok dalam proses pembelajaran, yaitu usaha membuat peserta didik menguasai materi pelajaran. Setelah siswa benar-benar siap belajar, guru dapat memulai proses internalisasi materi pelajaran sesuai dengan pendekatan, strategi, metode, media dan berbagai instrumen yang telah dipersiapkan.
Pengelolaan kegiatan inti harus disesuaikan dengan materi, bidang cakupan dan ketersediaan sarana dan prasarana. Selama kegiatan inti, perhatian dan ektivitas siswa harus dikondisikan agar sepenuhnya terfokus pada proses pembelajaran, baik dalam hal memilih metode atau media yang tepat maupun pemberian selingan (ice breaking) untuk menyegarkan suasana.

Ø  Fase Penutup (Menutup Pelajaran)
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk me-ngakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Kegitan penutup memiliki makna yang mendalam yaitu untuk memberikan gambaran utuh tentang proses yang sangat mendalam yaitu untuk memberikan gambaran utuh tentang proses tentang hasil yang dicapai, mungkin kelebihan dan kekurangan,renacana kedepan dan sebagainya. Oleh karena itu dalam menutup pembelajaran, agar memperoleh gambaran menyeluruh tentang suatu tujuan dan sasaran dari kegitan menutup pembelajaran, maka terdapat beberapa unsur,strategi, atau bahkan dapat menjadi prinsip
Komponen-Komponen Keterampilan menutup  Pelajaran
1. Merangkum, diantara kegitan yang dapat dilakukan dalam menutup pembelajaran salah satunya adalah merangkum. Merangkum pokok-pokok materi yang telah dipelajar siswa. Melalui kegiatan merangkum siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh baik berkenan dengan konsep,prinsip , teori, maupun gagasan utama dari materi yang telah dipelajari siswa.
2. Mengajukan pertanyaan.
Mengajukan pertanyaan kepada siswa dimana pertanyaan terebut dapat mendorong sisiwa untuk berfikir dengan cara mengungkapkan kembali pemahamannya terhadap materi yang telah dipelajari. Dari pertanyaan yang diajukan oleh guru, dapat diketahui mana saja materi yang sudah dikuasai, atau materi yang belum dikuasai.
3. Memberikan kesempatan siswa bertanya
Maksud memberikan kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami, atau perlu kejelasan lebih lanjut dari guru. Guru dapat melempar jawaban kepada siswa lain untuk menjawab.

4. Menyimpulkan 
Memberi kesimpulan yang menggambarkan pokok isi materi pembelajaran yang telah dipelajari. Membuat kesimpulan tidak hanya dilakukan oleh guru, akan tetapi oleh siswa sendiri. Kesimpulan tidak sama dengan merangkum. Jika merangkum mungkin hanya sekedar mengulang kembali kata atau kalimat sesuai pokok-pokok materi. Adapaun kesimpulan berisi hal-hal yang bersifat pokok tersebut dirumuskan dengan cara bahasa sendiri, bahkan dapat berupa gambar atau konsep diagram.
5. Memberi tugas
Menutup pembelajaran guru memberikan tugas kepada siswa yang ada kaitannya dengan materi yang telah dipelajari. Tugas yang diberikan tidak lepas dari proses pembelajran yang telah dilakukan sebelumnya.
6. Refleksi
Guru mengajak siswa dengan cara yang jujur, terbuka, dan bertanggungjawab untuk merenungkan kembali terhadap aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Mengecek kembali sejauh mana materi telah dikuasai, dan materi mana yang masih samar-samar atau sama sekali belum diahami.
7. Memberikan tes. 
Memberikan tes evaluasi mungkin adalah hal yang biasa dilakukan oleh guru dalam kegitan penutup pembelajaran. Memberikan tes tidak harus tertulis, lisanpun kadang lebih mengena terhadap pemahaman siswa. Dengan tes diharapkan siswaa akan terguguah kembali ingatannya terhadap materi yang telah dipelajari.

Kegiatan ini disebut juga pijakan akhir atau kegiatan akhir. Dalam kegiatan ini guru harus memastikan seluruh siswa berhasil menguasai materi pelajaran, baik melalui kuis, tanya-jawab, refleksi atau evaluasi. Berdasarkan hasil kegiatan akhir guru dapat mengetahui apakah proses pembelajarannya saat itu berhasil mencapai target atau tidak. Dengan begitu, guru dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaikinya, atau memberikan threatment tambahan terutama bagi siswa yang belum berhasil. Siswa sendiri diupayakan memahami apa yang baru saja mereka pelajari, dan menyadari sejauh mana pemahaman mereka, serta kekurangan mereka dalam menguasai materi tersebut.
Dengan begitu, proses pembelajaran akan berlangsung efektif dan bermakna baik bagi siswa maupun guru. Intinya, sebelum dan setelah melakukan kegiatan siswa dan guru harus tahu apa yang mereka dapat dan hasilkan dari proses pembelajaran yang baru saja mereka lakukan. Tiga tahap ini berlaku bukan hanya dalam pembelajaran di kelas, melainkan juga seluruh kegiatan sekolah baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Kegiatan upacara, perayaann hari besar, bahkan lomba-lomba perlu dilakukan dengan memperhatikan ketiga tahap ini agar seluruh kegiatan berlangsung efektif dan bermakna bagi siswa. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERPIKIR TINGKAT TINNGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN KIMIA

MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

KETERLAKSANAAN PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA